Jigme Khesar Namgyel Wangchuck merupakan Raja Naga, Kerajaan Bhutan sejak 9 Desember 2006. Dia menggantikan ayahnya Jigme Singye Wangchuck, yang secara resmi melepaskan tahta demi putranya. Upacara penobatan diadakan untuk umum pada 1 November 2008. Di mana tahun tersebut dianggap tahun keberuntungan karena menandai seratus tahun pertama Monarki di Bhutan.
Raja Jigme adalah pendukung demokrasi dan berusaha untuk mencapai standar lebih baik di sektor layanan sipil, pendidikan dan bisnis. Dalam pengejaran ini sang raja melakukan blusukan di Bhutan dan memberikan semangat penuh pada kaum muda.
Pada Februari 2007, dia menandatangani perjanjian persahabatan baru dengan India sebagai pengganti perjanjian pada 1949. Raja Jigme telah mendukung banyak inisiatif pemerintah baru untuk memberdayakan sistem dengan tetap memperhatikan transformasi demokrasi.
Berikut fakta Raja Jigme yang dilansir Keeping Times dari berbagai sumber, Jumat (15/10).
1. Menjadi raja termuda
Saat ayahnya turun tahta pada 9 Desember 2006, dan pada usia dua puluh empat, Jigme Wangchuck menjadi raja termuda di dunia. Gelar barunya menjadikan dia sebagai Raja Naga ke-5 dari Kerajaan Bhutan.
2. Menikahi perempuan dengan pendidikan tinggi
Raja Jigme Khesar menikah dengan Ratu Jetsun Pema pada 13 Oktober 2011. Pada acara tersebut, Ratu Jetsun dinobatkan sebagai Ratu Bhutan. Keduanya pun melahirkan seorang putra pada 5 Februari 2016.
Pesona dan kecantikan Ratu Jigme memang sangat luar biasa. Bahkan seluruh dunia mengakuinya. Tidak hanya cantik, sang ratu juga merupakan sosok wanita cerdas yang sempat mengenyam pendidikan di jurusan Hubungan Internasional di Regent’s College, London, Inggris.
3. Pendidikan
Raja Jigme pernah mengenyam pendidikan di Akademi Philips. Kemudian pada dia melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi Akademi Cushing, dan lulus pada 1999.
Raja Jigme kemudian mendaftar di Wheaton College di Massachusetts. Dia berhasil mendapatkan gelar M.A. dalam ilmu politik dari Magdalen College di Universitas Oxford.
Agar dapat menyelesaikan pendidikannya, sang raja mengikuti kursus selama dua belas bulan di Akademi Administrasi Nasional Lal Bahadur Shastri.
4. Rela melintas pegunungan untuk menekan jumlah kematian Covid-19
Selama 14 bulan, Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck pun melakukan perjalanan ke dusun-dusun terpencil untuk mengawasi dan melindungi penduduknya. Memiliki penduduk sebanyak 700.000, wabah virus corona pun telah tersebar di negara tetangga India.
Pengaruh dari kunjungan raja berusia 41 tahun ini terbukti dapat menekan angka kematian Covid-19.
“Ketika raja melakukan perjalanan bermil-mil dan mengetuk untuk memperingatkan orang-orang tentang pandemi, dengan menggunakan kata-katanya yang rendah hati dihormati dan ditanggapi dengan sangat serius,” kata Perdana menteri Bhutan, Lotay Tshering kepada Reuters.
“Kehadiran yang mulia jauh lebih kuat daripada hanya mengeluarkan pendoman publik,” pungkasnya.
5. Mendapatkan kritikan
Pernikahan Raja Jigme dengan Ratu Jetsun Pema menjadi berita hangat di Bhutan. Mereka sangat menyayangkan karena sang raja memilih wanita dari kalangan biasa untuk dijadikan Ratu. Namun hal ini dijelaskan pemimpin oposisi Tshering Tobgay, dia menyebutkan bahwa pernikahan itu untuk kehidupan monarki dan memperkuat demokrasi negara.
Raja Jigme merupakan sosok yang sangat dikagumi, tidak hanya cerdas, namun dia memiliki paras rupawan yang membuat banyak wanita tergila-gila padanya. Dia sering sekali mendapatkan pujian dari banyak pihak maupun media.
Raja Jigme dan sang Ratu memiliki kecintaan terhadap seni. Kesamaan ini yang membuat mereka merasa cocok satu sama lain. Jigme Khesar adalah putra tertua Jigme Singye dari istri ketiganya, Ashi Tshering Yangdon.
6. Memiliki dedikasi tinggal
Raja Jigme dianggap sebagai raja bijaksana dan memiliki dedikasi tinggi terhadap negara dan rakyatnya. Seperti ayahnya, Raja Jigme juga menekankan bahwa penting negara untuk menyelesaikan proses menjadi monarki konstitusional, meskipun banyak rakyatnya tidak ingin melihat pengurangan kekuasaan raja.
Dia melakukan perjalanan secara ekstensif ke seluruh negeri, mendorong orang untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara, yang di mana kedua partai utama bersaing untuk kekuasaan pada manifesto yang sama, sangat setia kepada raja mereka.
“Dalam pemerintahan yang sekarang adalah demokrasi, tidak ada individu terpilih yang akan menikmati rasa hormat, kepercayaan, keyakinan dan penghormatan yang dinikmati raja-raja kita,” kata perdana menteri pada 2008.
Mungkin tantangan yang paling menonjol bagi pemerintah dalam beberapa tahun terakhir adalah penderitaan ribuan etnis Nepal, yang dulu tinggal di Bhutan, tetapi mengatakan mereka terpaksa mengungsi di Nepal pada 1990-an. Status mereka masih dalam sengketa, meski sudah banyak dengan bantuan lembaga internasional yang bermigrasi ke AS, Kanada, dan Australia.
Sejak naik takhta, Raja Jigme sangat berhati-hati untuk memastikan pemerintahnya tidak mengecewakan tetangga Bhutan yang lebih besar seperti India, yang diketahui khawatir tentang apa yang dikatakannya sebagai kehadiran pemberontak Assam di selatan kerajaan.
Jigme Khesar menandatangani perjanjian persahabatan baru dengan India pada Februari 2007, menggantikan perjanjian tahun 1949. Delhi mempertahankan pengaruh yang kuat atas kebijakan luar negeri Bhutan.
7. Merubah tatanan baru
Raja Naga keempat Bhutan, Jigme Singye Wangchuck terbukti menjadi penguasa yang mencerahkan, secara aktif memindahkan negaranya dari monarki absolut ke demokrasi dengan pemilihan parlemen pertama pada 2008.
Dia juga menciptakan konsep Kebahagiaan Nasional Bruto sebagai ukuran alternatif pembangunan Produk Nasional Bruto, percaya bahwa kebahagiaan rakyatnya adalah indikator yang lebih baik dari kekayaan suatu negara.
8. Anak pertama dari istri ketiga raja
Jigme Khesar Namgyel Wangchuck lahir pada 21 Februari 1980 di Kathmandu, Nepal, dari pasangan Raja Jigme Singye Wangchuck dan istri ketiganya, Ratu Ashi Tshering Yangdon. Dia memiliki satu kakak perempuan, Putri Chimi Yangzom Wangchuck, yang lahir pada 1980.
9. Berpartisipasi dalam perayaan ulang tahun Raja Thailand
Dimulai dari 12 hingga 13 Juni 2006, dia berpartisipasi dalam perayaan ulang tahun ke-60, Raja Thailand Bhumibol Adulyadej di Bangkok, yang dihadiri oleh bangsawan dari beberapa negara.
Kehadirannya di acara tersebut menarik perhatian para kaum hawa di sana. Mereka kagum dengan ketampanan sang pangeran kala itu. Sampai-sampai media Thailand memberinya julukan, ‘Pangeran Tampan’.
10. Menghadiri forum umum PBB ke-27
Dia menghadiri forum umum PBB ke-27 yang diadakan pada tanggal 8 Mei 2002, dengan membawa nama Bhutan. Dalam pidato pertamanya di PBB, putra mahkota membahas masalah tentang kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia. di depan para pemimpin dunia.
11. Menolak hak istimewa poligami
Kisah asmara antara Raja Jigme Keshar dengan sang istri, Ratu Jetsun Pema pun sukses menarik perhatian publik. Seperti yang diketahui Raja Jigme diketahui mempersunting Ratu Jetsun pada 13 Oktober 2011. Kala itu, Ratu Jigme masih berusia 21 tahun. Pernikahan di usia muda tersebut membuat Ratu Jetsun disebut sebagai Ratu termuda di kerajaan benua Asia.
Raja Jigme sangat mencintai istrinya, meskipun kerajaan Bhutan memiliki tradisi, di mana mengizinkan sang raja untuk memiliki beberapa istri atau poligami, Raja Jigme lebih memilih untuk setia dengan Ratu Jetsun.