Bollywood alami kerugian lebih dari 3 triliun selama Covid-19

foto: imdb.com & pixabay.com

Lonjakan kasus covid-19 terjadi di berbagai negara tak terkecuali di India. Hal tersebut tentu berdampak terhadap industri perfilman Bollywood yang semula sudah mulai melakukan produksi film namun harus ditunda kembali. Dilansir Keeping Times dari hindustantimes.com, Rabu (19/1) pakar perdagangan, Joginder Tuteja memprediksi kerugian besar bagi Bollywood di tengah penundaan film dan pembatalan syuting akibat lonjakan kasus Covid 19 di negara tersebut.

Dari rilis film hingga rencana syuting dengan sangat terpaksa harus dihentikan membuat industri hiburan harus menghadapi kerugian finansial yang meningkat hingga mencapai miliaran rupiah. Setiap kuartal, pendapatan box-office hilang setidaknya Rp 2,6 triliun. Padahal dalam setahun biasanya lebih dari Rp 824 triliun pendapatan berasal dari box office. Jadi setiap bulannya per film Bollywood mengalami kerugian.

“Dalam hal angka box-office, kami melihat kerugian lebih dari 3 triliun pada kuartal pertama itu sendiri. Karena krisis, liburan akhir pekan di bulan pertama tahun ini hilang,” kata produsen dan pakar perdagangan Girish Johar.

Film jersey mengalami penurunan akibat lonjakan kasus covid-19

foto: imdb.com

Film Jersey yang diperankan oleh Shahid Kapoor menjadi film pertama yang mengalami penundaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 pada Desember 2021. Sejak itu, film-film seperti RRR, Radhe Shyam, dan Prithviraj mengalami penundaan. Bahkan jadwal yang sudah rilis dari banyak film, termasuk Merry Christmas, Pathan, Tiger 3, Liger, dan Rocky Aur Rani Ki Prem Kahani, juga ikut terpengaruh.

Produser Shibasish Sarkar mengatakan bisnis untuk kuartal pertama telah hilang.

“Pada tahun 2019, kami dulu melihat bisnis bernilai ratusan crore, tetapi angka-angka itu juga telah kehilangan relevansinya sekarang. Jumlahnya telah menukik dalam dua tahun terakhir. Jadi, kami coba lihat dari periode, dan kuartal pertama sudah berlalu. Kami harus berharap semuanya akan mulai bergulir mulai April,” kata Sarkar.

Pembatasan di Mumbai dan di sebagian besar daerah di India merugikan produksi serta distribusi bisnis film. Sebagian besar film yang sedang syuting harus mengatur ulang jadwal mereka yang mengakibatkan peningkatan biaya. Ini akan menjadi tugas yang sangat berat bagi film-film untuk bisa bertahan dalam kondisi yang tak menentu seperti sekarang.