Meski sudah puluhan tahun berlalu, namun kisah cinta segitiga antara Amitabh Bachchan, Jaya Bachchan, dan Rekha masih menjadi topik hangat yang diperbincangkan hingga kini. Seperti diketahui, Rekha dan Amitabh Bachchan ramai disebut menjalin kisah terlarang saat mereka terlibat dalam syuting film Silsila pada 1981.
Saat itu, kabar perselingkuhan keduanya pun menjadi kabar yang menghebohkan publik India. Pemberitaan tersebut semakin panas ketika Jaya Bachchan disebut mendatangi lokasi syuting dan melabrak Rekha di depan suami dan para kru. Tak hanya itu, Jaya Bachchan juga disebut sempat menangis saat menonton adegan mesra Rekha dan Jaya Bachchan di film Muqaddar Ka Sikandar karya Prakash Mehra.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rekha secara langsung saat wawancara bersama Stardust pada tahun 1978. Dilansir Keeping Times dari bollywoodlife.com pada Selasa (11/10), Rekha menceritakan bahwa keluarga Bachchan menonton film ‘Muqaddar Ka Sikandar’ di bioskop agar terlihat jelas.
Rekha juga mengatakan bahwa Jaya Bachchan duduk di barisan depan, sedangkan Amitabh dan orang tuanya duduk di barisan belakang.
Selama adegan romantis mereka, Rekha hanya bisa melihat air mata yang mengalir di wajah Jaya. Film yang diproduksi pada 1978 tersebut merupakan kolaborasi terakhir antara Rekha dan Amitabh. Mereka tidak bekerja sama lagi sampai Yash Chopra menyatukan Rekha, Amitabh dan Jaya di Silsila (1981).
Lebih lanjut, Rekha juga mengungkapkan bahwa setelah proyek film tersebut, dia diberitahu oleh banyak orang yang terlibat dalam industri film India, bahwa Amitabh Bachchan tidak akan bekerja sama lagi dengannya. Menurut kabar yang beredar, penghentian kontraknya itu dilatarbelakangi dengan beredarnya rumor bahwa Amitabh merupakan orang ketiga yang menciptakan perpecahan antara Jaya dan Rekha yang sudah berteman lama.
Kemudian pada tahun 1990-an, dalam sebuah wawancara dengan Simi Garewal, Rekha pun membantah tudingan tersebut tentang adanya keretakan hubungan di antara keduanya. Rekha mempertegas bahwa si Jaya merupakan sosok yang sangat dewasa dalam menanggapi hal tersebut.
Penulis: Dina Lutfia