Kisah tragis William James Sidis, pemilik IQ tertinggi melebihi Einstein dan Newton

foto: documentarytube.com & allthatsinteresting.com

Jika yang kamu tahu bahwa pemilik IQ tertinggi selama ini adalah Albert Einstein maka kamu salah besar. Pemilik IQ tertinggi yang pernah hidup di dunia ini adalah William James Sidis.

Pria kelahiran 1 April 1989 ini memiliki IQ 250 lebih tinggi daripada IQ yang dimiliki Albert Einstein sekitar 160, IQ Isaac Newton diperkirakan 190, dan IQ Mark Zuckerberg, 152.

Seperti para jenius lainnya, William James Sidis pun memiliki kisah hidup yang menarik untuk diceritakan. Wiliam sejak kecil sudah memiliki rasa takut akan ketenaran hingga memilih untuk menyembunyikan dirinya. Mirisnya si jenius ini memiliki akhir hayat yang menyedihkan. Ketenaran yang dimilikinya dulu, sirna bahkan namanya pun tak lagi disebut.

Berikut Keeping Times rangkum kisah William James Sidis, anak ajaib sekaligus ahli matematika yang luar biasa, Rabu (15/9).

1. Masa kecil William James Sidis

foto: documentarytube.com

William James Sidis lahir dari pasangan Sarah Mandelbaum yang merupakan seorang dokter dan Boris seorang psikolog teladan yang mendapatkan 4 gelar dari Harvard.

Lahir dari orang tua cerdas membuat dirinya menjadi harapan banyak orang untuk menjadi anak yang cerdas pula. Harapan itu nyata bahkan melampaui harapan banyak orang.

Di usianya yang baru 18 bulan, dia sudah bisa membaca The New York Times dan pada usia 8 tahun Wiliam belajar sendiri bahasa Latin, Yunani, Prancis, Rusia, Jerman, Ibrani, Turki, dan Armenia.

Selain 8 bahasa itu, Wiliam juga menciptakan sendiri suatu bahasa yang disebut “Vendergood.” Kecerdasannya mulai menarik perhatian orang usai dirinya mengikuti beberapa tes kecerdasan untuk orang dewasa.

2. Kuliah di Harvard pada usia muda

foto: history.howstuffworks.com

Ayahnya yang memang mengerti pendidikan ingin terus mengasah bakat sang anak dan mendaftarkannya untuk mengenyam pendidikan terbaik di Harvard.

Namun pada saat itu usia William masih 8 tahun sehingga Harvard menolaknya. Baru setelah usianya 11 tahun Harvard menerima William untuk kuliah di sana dan menjadikannya mahasiswa termuda sepanjang sejarah kala itu.

Bagi seorang jenius seperti William berkuliah di sana tidaklah sulit, dia berhasil menyelesaikannya dengan mudah. Pada 1910 kemampuan matematika William sangat menonjol dan dia mulai mengajari professornya sendiri, sehingga dia mendapatkan gelar sebagai “Child Prodigy” atau si anak ajaib. Gelar sarjana seni di dapatkannya di usia 16 tahun.

3. Menguasai banyak bahasa

foto: fr.wikipedia.org

Dilansir laman History of Yesterday, selain ahli angka dan matematika yang kompleks, William juga mengerti banyak bahasa. Dengan kata lain, selain genius, William James Sidis juga masuk dalam golongan poliglot atau polyglot, yakni manusia yang sanggup menguasai banyak bahasa.

Mungkin ini juga merupakan bakat yang diturunkan sang ayah. Namun lagi-lagi William melampaui ayahnya. Jika Boris menguasai 11 bahasa berbeda, William menguasai 25 bahasa berbeda. Tercatat bahwa William Sidis mampu mengerti dan berkomunikasi dengan bahasa Inggris, Rusia, Jerman, Ibrani, Armenia, Prancis, Spanyol, dan lain-lain.

4. Memutuskan untuk hidup terasing

foto: brightside.me

Tak lama setelah menyelesaikan kuliahnya, William mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak ingin menjalani kehidupan yang “sempurna” seperti yang dia jalani saat itu. Menurutnya kehidupannya kini adalah pengasingan. Dia juga menambahkan bahwa dia bermaksud untuk tidak pernah menikah.

Selain karena ketenaran yang tidak diinginkan, keputusannya juga dilakukan untuk menggambarkan tekanan yang dia hadapi sejak lahir. Selama masa itu, Amerika percaya akan mengubah anak-anak menjadi ajaib dengan pendidikan yang tepat.

Ayah William sangat ingin membuat putranya bersinar seterang bintang. Untuk mencapai itu, sebagai seorang psikolog berbakat dia menerapkan pendekatan psikologisnya sendiri untuk membesarkan putranya dan mendorongnya belajar.

William sendiri sebenarnya menikmati belajar sejak kecil, namun hal itu berubah saat dewasa dan dia menyalahkan ayahnya untuk itu. Ketika Boris meninggal pada 1923, William menolak untuk menghadiri pemakamannya.

5. Memulai hidup baru

foto: historydaily.org

William yang telah pergi dari kehidupan “sempurna” memulai hidup dengan bekerja sebagai pegawai administrasi bergaji rendah. Namun sayang, dia masih  dikenali oleh orang-orang membuatnya tidak punya pilihan selain beralih pekerjaan lagi.

Pada 1924, wartawan menemukan dia bekerja dengan upah $23 per minggu yang menjadi berita utama kala itu. Kondisi ketenarannya mulai berubah, Wiliam tidak mendapatkan pujian lagi melainkan ejekan.

Mereka mengejek kecerdasan William dan mengatakan dia tidak lagi mampu melakukan apa yang dia lakukan sebagai seorang anak ajaib. Namun, tanpa mereka ketahui sepanjang hidup William menulis banyak buku berharga menggunakan nama samaran yang berbeda.

6. Di penjara

foto: brightside.me

Wiliam adalah seorang sosialis dan penentang Perang Dunia I. Pada 1919 dia ditangkap karena protes yang berubah menjadi kekerasan di Boston

Dia mendapat hukuman penjara selama 18 bulan. Namun, orang tuanya menemukan cara untuk membuatnya keluar dari penjara dan mengurungnya di sanatorium mereka selama 2 tahun sebagai gantinya.

7. Kematian

foto: allthatsinteresting.com

Terasing, tidak dikenal oleh siapapun dan tidak memiliki keluarga. Itulah akhir dari seorang jenius. William menghabiskan hidupnya dengan bekerja sebagai pelari mesin dan melakukan pekerjaan kecil lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pada 1944, Wiliam meninggal dunia di usia 46 tahun karena pendarahan otak. Diketahui pula ayah Wiliam meninggal dengan kondisi yang sama.