3 Idiots merupakan salah satu film Bollywood paling laris, yang memiliki jalan cerita menginspirasi. Dirilis pada 2009, hingga kini 3 Idiots masih menjadi tontonan yang tak pernah membosankan. Dibintangi Aamir Khan, Sharman Joshi, R. Madhavan, Boman Irani dan Kareena Kapoor, film ini sukses mencatat box-office dan menjadi film Bollywood pertama yang menembus angka Rs100 crore atau sekitar Rp 210 miliar!
Jalan cerita yang diusung memang cukup berbeda. Mampu menyedot perhatian dan mengembalikan semangat penonton dalam mewujudkan mimpinya. Yap Aamir Khan memerankan Ranchoddas Shamaldas Chanchad. Sosok pria sederhana dan sangat pintar. Dia juga menjadi panutan bagi teman-temannya.
Diakhir cerita penonton dikejutkan dengan kebenaran kisah tersebut. Aamir Khan ternyata hanya memakai nama anak dari majikan ayahnya. Dia pun diizinkan sekolah hingga ke perguruan tinggi untuk menggantikan posisi anak majikan tersebut.
Siapa sangka, nama asli Aamir Khan dalam film tersebut adalah Phunsukh Wangdu. Teman-temannya pun terheran-heran dengan nama unik tersebut. Namun tahukah kamu, Phunsukh Wangdu merupakan nama yang terinspirasi dari seorang pria yang dikenal sangat jenius Sonam Wangchuk.
Dilansir Keeping Times dari berbagai sumber, Sonam adalah seorang insinyur teknik mesin yang tinggal di sekitar pegunungan Himalaya. Kisahnya digambarkan dengan sempurna di film ini. Inilah kehidupan sosok inspiratif Sonam Wangchuk di kehidupan nyata.
1. Memiliki kehidupan sederhana dan diremehkan.
Sonam lahir pada 1 September 1966 di UleyTokpo, dekat Alchi, Ladakh, sebuah desa terpencil yang tidak memiliki sekolah. Terdiri hanya 5 kepala keluarga saja. Sedari kecil, Sonam hanya belajar dengan ibunya sampai usia 8 tahun.
Suatu hari, dia dibawa ke Nubra oleh pamannya. Disitulah menjadi pengalaman Sonam pertama kali duduk di bangku sekolah. Setelah mengenyam pendidikan selama 6 bulan, dengan kecerdasan yang dimilikinya, dia mampu mengimbangi anak-anak di usianya, yang dimana saat itu Sonam masih duduk di bangku kelas 1 dan disarankan gurunya untuk langsung duduk di bangku kelas 3.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Sonam dipindahkan ke Srinagar, tempat ayahnya bekerja. Berbeda dengan Nubra, di Srinagar Sonam dianggap aneh karena perbedaan bahasa, serta dia dinilai bodoh. Tidak tahan dengan semua itu, Sonam akhirnya memutuskan pindah ke Delhi dan sekolah di Vishesh Kendriya Vidyalaya. Disinilah kemampuan Sonam terasah dan berhasil masuk ke National Institute of Technology.
2. Menjadi pengajar untuk mengubah sistem pembelajaran.
Walaupun Sonam adalah seorang insinyur teknik, tetapi dia memilih untuk menjadi pendidik. Sonam mendirikan Students Educational and Cultural Movement (SECMOL) sebuah sekolah di wilayah Ladakh.
Dengan berdirinya Secmol, dia berhasil meraih penghargaan di Filipina pada 31 Agustus 1988. Sekolah ini memusatkan siswa pada keterampilannya di kehidupan nyata dan memberi arahan pada siswa untuk memetakan keterampilannya.
Sonam mengubah sistem pendidikan dari pendekatan ‘chalk, talk and stick’ menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna yang lebih berpusat pada siswa. Sonam menghadirkan pembelajaran berbasis keterampilan yang membantu siswa menemukan cara baru dalam belajar dan mampu berkembang menuju kemampuan kerja yang lebih baik.
Sanom memandang pembelajaran yang dilakukan di Ladakh masih menggunakan cara pembelajaran yang konvensional, dimana cara tersebut membuat para siswa lulus tetapi tidak memiliki kemampuan yang harus di terapkan di kehidupan nyata.
Dengan itu, dia mendirikan Secmol yang membantu membimbing siswa yang gagal di sekolah melalui konseling, serta pembelajaran berdasarkan pengalaman. Dengan keberhasilannya memajukan pendidikan saat itu, Sonam disebut sebagai reformis pendidikan.
3. Mengatasi masalah sosial demi keberlangsungan hidup.
Sonam tidak hanya berfokus pada pendidikan, akan tetapi dia juga telah mengembangkan berbagai solusi untuk masyarakat yang tinggal di dataran tinggi, seperti perumahan yang tanggap terhadap iklim dan kekurangan air.
Dengan ide briliannya, pada 2014 dia mulai mengerjakan sebuah proyek yang disebut dengan Ice Stupa. Proyek ini didirikan karena saat itu Ladakh dilanda dengan masalah krisis air.
Ice Stupa dibangun setinggi 64 kaki sehingga lebih banyak air yang tersimpan untuk keperluan masyarakat setempat. Air akan keluar dari pancuran besar tanpa menggunakan mesin, tetapi menggunakan gaya gravitasi dan ketika suhu mencapai -30 derajat, air akan membeku dan membentuk kerucut seperti gunung es.
Ice Stupa ini akan mencair ketika musim semi tiba, dan dapat digunakan untuk mengairi sawah di sekitarnya. Berkat penemuan ini, dia mendapatkan penghargaan Rolex Awards. Penghargaan ini diberikan untuk mereka yang telah mengubah dunia dengan pemikiran yang inovatif dan dinamis.
4. Menjadi pionir masa depan dengan inovasi dan kreasinya.
Lagi-lagi dengan ide briliannya Sonam menemukan sebuah penemuan terbarunya yaitu tenda pemanas tenaga surya dunia untuk tentara India yang bertugas mengamankan daerah di Ladakh, di mana daerah tersebut adalah daerah yang amat sangat terkenal dengan julukan daerah tempat tinggal tertinggi di dunia.
Sonam mendirikan tenda pemanas untuk membantu para tentara supaya tidak merasakan kedinginan yang amat ekstrim. Namun agar tidak menyebabkan polusi ia menggunakan tenaga surya sehingga energi berkelanjutan dapat tercapai.
Tidak sedikit orang yang ada di dunia kagum akan kehebatan dari Sonam, banyak juga yang bergerak mengikuti jejak Sonam dari hal kecil seperti halnya membantu mengatasi permasalahan sosial dengan ide dan inovasi yang menguntungkan setiap elemen masyarakat
5. Meraih penghargaan internasional.
Berkat kecerdasan dan keberaniannya, serta kontribusinya untuk memajukan masyarakat India bahkan dunia, dia mampu meraih beberapa penghargaan. Hal itu sangatlah pantas didapatkan Sonam. Pasalnya pria cerdas satu ini telah berkontribusi pada masyarakat. Sonam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, tanpa merusakan alam.
Beberapa penghargaan yang telah diraih Sonam Wangchuk, diantaranya kehormatan D.Litt oleh Symbiosis International 2018, teknolog terkemuka dari wilayah Himalaya oleh IIT Mandi 2018, Penghargaan Kehormatan Indians for Collective Action (ICA), San Francisco, CA, penghargaan GQ Men of the Year, Social Entrepreneur of the Year 2017, penghargaan Global untuk Arsitektur Berkelanjutan, 2017, penghargaan negara untuk pencinta lingkungan luar biasa oleh J&K Govt 2017, penghargaan Terra Internasional untuk bangunan bumi terbaik 2016, UNESCO Chair Earthen Architecture, oleh CRATere France 2014, penghargaan pahlawan sejati oleh CNN-IBN TV 2008, penghargaan Guru Hijau oleh Sanctuary Asia 2004, beasiswa Ashoka untuk Kewirausahaan Sosial, oleh Ashoka USA 2002, Man of the Year oleh The Week 2001, Medali Gubernur untuk reformasi pendidikan di Jammu dan Kashmir, 1996.
Penulis: Lutfian Prisnandika