Makan tidak hanya untuk mengatasi rasa lapar. Makan juga dibutuhkan untuk membuat fisik menjadi lebih sehat dan bugar. Oleh karenanya sangat dianjurkan mengonsumsi makanan sehat.
Namun apa jadinya jika masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan? Yap, kata mengonsumsi makanan sehat sudah tidak berlaku bagi mereka. Tujuan mereka hanya satu, makan apapun agar bisa bertahan hidup.
Sejumlah masyarakat miskin di dunia, bertahan hidup dengan mengonsumsi makanan tidak layak. Bahkan sangat sulit dipercaya, manusia bisa mengonsumsi makanan tersebut.
Mereka mengonsumsi tanah liat, kotoran sapi, tikus, dan ada beberapa lainnya. Jika kamu bertanya bagaimana dengan kesehatan mereka? Jawabannya jelas, sangat buruk. Tak sedikit dari mereka harus menderita usai mengonsumsi makanan tersebut, salah satunya diare.
Lalu apakah mereka berhenti mengonsumsinya? Tentu ini sangat sulit, karena tidak ada pilihan lain selain memakan makanan tak layak tersebut. Berikut Keeping Times rangkum dari berbagai sumber, beberapa makanan tidak layak yang dikonsumsi masyarakat miskin di dunia, Senin (25/10).
1. Bonbon Te
Bonbon Tè atau dikenal dengan kue kering lumpur ini merupakan makanan yang dimakan sebagian masyarakat Haiti. Kelaparan yang terjadi di negara itu membuat masyarakat mengkonsumsi kue kering lumpur tersebut, dengan harga sekitar Rp 150 per keping.
Makanan itu bukan lah makanan terbaik, tetapi itulah yang dirasakan masyarakat miskin Haiti. Hampir semua penduduk pemukiman kumuh di Haiti mengonsumsi Bonbon Tè setiap harinya.
Diketahui rasanya sedikit asin, karena memang pada saat membuatnya dicampurkan garam dan baunya seperti tanah saat hujan. Ketika dimakan, lumpur akan mencair di mulut dan terasa sangat lengket.
2. Pagpag
Secara harfiah Pagpag berarti debu yang berasal dari pakaian atau karpet. Namun bagi kalangan kurang mampu di Filipina, pagpag merupakan daging ayam yang berasal dari sampah. Bahan pagpag ini pun berasal dari makanan sisa restoran cepat saji.
Makanan ini kemudian menjadi santapan masyarakat kurang mampu di sana. Sebelum diolah, makanan bekas itu dicuci terlebih dahulu hingga bersih. Setelah itu daging yang telah dicuci, bakal di goreng atau bisa direbus dengan kuah merah. Hal ini dilakukan agar kuman dan bakteri tidak ada.
Pagpag ini pun banyak digemari oleh masyarakat kurang mampu, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pagpag juga dijual seharga Rp 6.000.00 per porsinya. Jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga daging segar.
3. Tikus
Mendengar kata tikus pasti banyak yang merasa jijik, karena hewan banyak terdapat bakteri dan kuman lainnya. Namun bagaimana jadinya jika tikus menjadi santapan sehari-hari manusia?
Penduduk Musahar, India yang dijuluki ‘Kaum Pemakan Tikus’. Julukan ini diberikan karena mereka kerap memakan tikus. Bukan karena mereka menyukainya, namun inilah cara mereka bertahan hidup dan akhirnya mau tidak mau harus menyukai daging tikus.
Penghasilan penduduk Musahar per harinya hanya Rp 13.000 – 14.000. Desakan ekonomi inilah yang membuat mereka terpaksa harus berburu tikus dan mengolahnya menjadi sajian ‘istimewa’ untuk keluarga.
Cara penduduk ini mengelola tikus pun sangat sederhana, yakni dengan meletakkan tikus di atas kayu bayar atau daun yang terbakar.
4. Kotoran sapi
Tingginya angka kemiskinan di negara Afrika Selatan, serta banyaknya kasus HIV membuat mereka terpaksa harus mengonsumsi makanan seadanya. Seperti yang diketahui, untuk mengurangi rasa sakit, mereka harus minum obat.
Namun sebelum minum obat tentu mereka harus mengisi perut yang kosong dengan makanan, karena sulitnya mendapatkan makanan, akhirnya kotoran sapi menjadi solusi mereka.
Kotoran sapi dikeringkan, kemudian dimakan. Jelas ini bukan makanan sehat. Bahkan pemerintah setempat meminta mereka untuk berhenti makan kotoran sapi, jelas saja himbauan itu tidak diindahkan, mengingat mereka bisa mati kelaparan jika tidak mengonsumsi makanan apapun.
5. Daging busuk
Saat terjadinya krisis di negara Venezuela, warga pun banyak mengantri untuk membeli daging busuk. Hal ini disebabkan karena harga yang murah dan peralatan elektronik tidak bisa digunakan selalu.
Selama krisis terjadi penduduk telah mengalami pemadaman bergilir, tetapi keadaan menjadi bertambah mengerikan ketika kebakaran yang menghanguskan saluran listrik utama. Akibatnya, lemari es pun tidak dapat digunakan. Hal ini membuat makanan menjadi busuk, termasuk daging.
Setidaknya selama terjadi kebakaran tersebut, empat toko daging telah menjual daging busuk di Las Pulgas, pasar pusat Maracaibo.
6. Daun
Pecah perang pada 2013, membuat warga di wilayah Bhar El Ghazal Utara, di Sudan selatan terpaksa memakan daun dan buah-buah liar. Seorang penduduk bernama Madit mengatakan sekelompok wanita pergi ke hutan di pagi hari dari jam 8 pagi – 3 sore untuk mencari buahan liar dan daun pohon untuk memberi makan keluarga mereka.
“Kami mengorbankan waktu kami untuk anak-anak agar bisa makan. Karena tidak ada makanan yang bisa dimakan. Setelah makan daun, anak mengalami diare,” ungkapnya.
7. Tanah liat
Di selatan Madagaskar yang dilanda kekeringan, membuat orang-orang memakan tanah liat putih yang dicampur dengan asam. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa melanjutkan hidupnya.
“Kami menyebut tanah liat sebagai sumber kehidupan, karena hal ini bisa mencegah rasa lapar,” kata Doday Fandilava Noelisna.
Sebelum terjadinya kekeringan, warga disana mengkonsumsi buah kaktus. Namun setelah lebih dari setahun tanpa hujan, kaktus pun berhenti menghasilkan buah.