Penjelasan ilmiah kenapa orang takut hantu

  • by
foto: freepik.com

Jika menyebut kata hantu, maka yang terlintas pertama kali dalam pikiran hampir semua orang adalah menyeramkan, mengganggu, mengintai, mematikan dan masih banyak hal-hal menakutkan lainnya. Tidak heran jika banyak orang berpikir demikian. Coba perhatikan, ketika kamu menyaksikan film horor, maka sepanjang jalan ceritanya penuh dengan misteri, ketakutan, bahkan membuat kamu ikut menjerit. Hal serupa juga terjadi ketika kamu mendengarkan kisah horor dari seseorang, hampir 100 persen ceritanya berbau mistis dan menegangkan.

Ada sebagian orang menikmati ketegangan dan rasa takut tersebut. Namun ada pula yang tak bisa lepas dari bayang-bayang horor, kita sering menyebutnya parno. Imbas dari menyaksikan film horor misalnya, mereka akan sulit melupakan setiap adegan horor di film tersebut. Dampak buruknya, mereka akan menjadi lebih penakut dari sebelumnya.

Apakah ini dapat memperburuk mental seseorang? Tentu saja iya. Kondisi ini jika tidak diatasi akan memberikan dampak yang begitu buruk. Sederhananya saja, ketika seseorang merasa takut akan kehadiran makhluk halus, maka dia tidak akan berani tidur sendiri pada malam hari, selalu merasa cemas jika berada di tempat yang sepi, takut ketika melayat ke tempat orang meninggal, percaya ketika anjing menggonggong pada malam hari menandakan makhluk halus atau hantu ada disekitarnya, dan masih banyak ketakutan-ketakutan lainnya lagi.

Kecemasan atau rasa takut terhadap hantu ini disebut phasmophobia. Kondisi ini sangat rumit untuk didiagnosis. Menurut informasi yang Keeping Times dapat dari Verywell mind, ketakutan ini dapat membebani dan membatasi hidup, sehingga memenuhi definisi tradisional fobia. Beberapa ahli merasa bahwa fobia hantu merupakan gejala gangguan pikiran yang lebih serius, karena merupakan salah satu bentuk pemikiran magis.

Kondisi ini pernah disampaikan oleh Ricardo de Oliveira-Souza, seorang psikiater di The D’Or Institute for Research and Education (IDOR) di Rio de Janeiro. Ungkapannya mengenai kepercayaan orang terhadap hantu ini kemudian ditulis oleh Live Science.

“Ini mungkin sama dengan fobia umum yang kita temui setiap hari, seperti ketakutan akan ketinggian atau serangga tertentu,” kata Oliveira-Souza.

Menurut Oliveira-Souza, sebagian orang yang mengalami rasa takut akan hantu ini terkadang malu untuk mengutarakannya pada profesional medis, seperti psikiater atau sejenisnya. Oliveira-Souza kemudian tertarik untuk mengulas mengenai hal itu setelah mendapatkan pengakuan dari pasiennya. Pasien tersebut mengungkapkan, setelah mendapatkan perawatan karena depresi, rasa takutnya terhadap hantu juga hilang. Padahal sebelumnya pasien ini tidak berani tidur sendirian.

Bagi Oliveira-Souza, deskripsi pasien tersebut sesuai dengan kriteria fobia, istilah dalam psikologi yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan luar biasa yang dipicu oleh situasi tertentu, seperti saat berada sendirian, memikirkan film horor atau ketakutan supernatural lainnya.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada November 2018 di jurnal Frontiers in Psychiatry, Oliveira-Souza menyoroti beberapa kasus mengenai ketakutan orang terhadap hantu. Dalam satu kasus, seorang petugas hotel berusia 46 tahun yang sudah tinggal bersama orang tuanya puluhan tahun, tiba-tiba saja dia harus kehilangan ayahnya. Suatu hari dia dan ibunya pindah ke apartemen. Di sana, petugas hotel ini enggan berada sendirian di apartemen ketika ibunya tidak ada bersamanya.

Agar tak merasa cemas, maka dia pergi ke club malam dan berjalan-jalan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Dia rela untuk tidak tidur atau beristirahat. Kondisi ini dikarenakan kenangan yang mengganggu tentang pemakaman ayahnya, menghantui wanita itu ketika dia mencoba untuk tidur.

Itu hanya sepenggalan kasus yang disampaikan Oliveira-Souza. Pada kesempatan yang sama dia menjumpai puluhan kasus dengan alasan yang berbeda-berbeda, namun pada intinya mereka takut akan kehadiran hantu atau makhluk halus. Dari pemaparan Oliveira-Souza, kondisi cemas dan takut akan suatu hal memang berdampak cukup buruk. Baik itu dari segi fisik maupun metal.

Bentuk ekstrim dari pemikiran magis

Definisi yang luas dari pemikiran magis dapat mencakup hampir semua keyakinan yang berfokus pada korelasi irasional antar peristiwa. Menurut informasi dari Verywell mind, beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara pemikiran magis dan psikosis, gangguan kepribadian skizotip, dan kondisi kesehatan mental serius lainnya.

Karena keberadaan paranormal belum terbukti secara ilmiah, beberapa ahli merasa bahwa kepercayaan akan hal-hal supranatural mungkin merupakan pemikiran magis. Dari teori ini, fobia atau ketakutan akan hantu dapat dilihat sebagai bentuk pemikiran yang ekstrim, mungkin menunjukkan kondisi yang lebih serius daripada fobia sederhana.

Lalu bagaimana pandangan parapsikologi mengenai hantu?

menurut Verywell mind, parapsikologi adalah cabang ilmu yang berusaha mengamati dan mempelajari kejadian-kejadian dari aktivitas paranormal. Keadaan ini masih diperdebatkan dalam komunitas ilmiah. Beberapa hasil yang telah diperoleh tidak dapat sepenuhnya dijelaskan melalui kaidah ilmiah. Namun, banyak yang berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam menggunakan metode ilmiah yang sudah ditetapkan.

Kondisi ini akan berbeda, jika kamu mengalami phasmophobia. Lalu kamu memutuskan untuk mengunjungi ahli kesehatan mental, maka mereka tidak akan menganggap ini sebagai pemikiran magis. Justru mereka akan membantu untuk mengatasi rasa takut dan kecemasan yang kamu rasakan.

Apakah phasmophobia dapat diatasi?

Menurut Verywell mind, karena keberadaan supranatural tidak dapat dibuktikan, phasmofobia dapat menjadi agak sulit untuk diobati dengan metode konvensional. Namun ada beberapa strategi yang dapat digunakan.

1. Menjelaskan akar masalah yang membuat kamu merasa takut. Kemudian, perlahan permasalahan tersebut akan diatasi dengan cara mengubah pikiran dan keyakinan yang menyebabkan rasa takut yang kamu alami.

2. Melakukan konseling keagamaan juga cukup membantu. Kamu bisa mengunjungi ahli agama yang bisa memberikan terapi yang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Biasanya, orang akan mendapatkan rasa tenang ketika dia diberikan kajian-kajian atau bacaan-bacaan khusus dari seorang ahli agama.

3. Melakukan latihan-latihan ringan, seperti pernapasan, membangun pemikiran positif, dan beberapa hal lainnya untuk mengelola rasa takut pada diri sendiri.