Sederet selebriti terjerat kasus narkoba berkali-kali, apa yang memengaruhi seseorang kecanduan narkoba? Ini alasannya

foto: Instagram/@rioreifa; freepik.com

Beberapa waktu belakangan kasus penangkapan sederet selebriti karena kasus narkoba semakin marak. Awalnya publik dikejutkan dengan penangkapan Ammar Zoni dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Usai menjalani hukuman selama 7 bulan di Lapas Cipinang, Jakarta Timur, suami Irish Bella ini pun kembali menikmati kehidupan normal, tepatnya pada Oktober 2023. Namun sayangnya, pada Desember di tahun yang sama Ammar kembali diciduk polisi atas kasus serupa.

Belum lama ini nama selebgram sekaligus mantan kekasih Thariq Halilintar, Chandrika Chika juga membuat publik terkejut. Pasalnya dia bersama lima temannya ditangkap atas dugaan penggunaan narkotika. Dari beberapa sumber menyebutkan, saat menangkap Chandrika Chika, polisi mendapati pods vape yang berisi cairan berisi ganja atau liquid THC. Meski ini kasus pertama bagi Chandrika Chika, namun tetap saja publik dibuat terkejut dengan berita tersebut.

Terbaru, kasus serupa datang dari Rio Reifan. Bukan kali pertama Rio harus berurusan dengan polisi karena kasus narkoba, namu ini menjadi kelima kalinya bagi Rio. Aktor berusia 39 tahun itu diringkus polisi di kediamannya pada Jumat (26/4) malam. Dari penangkapannya itu, polisi menyita menyita barang bukti beberapa jenis narkoba. Usai menjalani tes urin, Rio Reifan diketahui positif mengonsumsi narkoba jenis sabu.

Rio Reifan pertama kali ditangkap atas kasus penggunaan barang haram tersebut pada 2015. Dua tahun berselang, polisi kembali membekuk Rio Reifan terkait kasus yang sama pada 2017. Kemudian pada 2019, Rio Reifan lagi-lagi terjerat kasus serupa. Lalu pada 2021, dia pun kembali dijerat atas kasus narkoba. Kala itu Rio mengaku stres karena persoalan keluarga.

Sebenarnya jika dikulik, banyak sekali kasus narkoba yang menjerat kalangan selebriti, maupun masyarakat biasa. Rio Reifan dan Ammar Zoni, merupakan beberapa dari banyaknya orang yang kecanduan narkotika.

Apa yang menyebabkan seseorang sulit lepas dari barang haram tersebut?

foto: freepik.com

Beberapa ahli mengukapkan, salah besar jika ada orang yang beranggapan bahwa pengguna narkoba tidak memiliki prinsip moral atau kemauan keras untuk berhenti menggunakan narkoba. Namun hal itu sulit bagi mereka, lantaran kecanduan narkoba adalah penyakit yang kompleks. Tidak serta merta dapat mengontrol diri dan berhenti begitu saja mengonsumsi narkoba. Pasalnya, membutuhkan lebih dari sekedar niat baik atau kemauan yang kuat untuk menghindari barang haram tersebut.

Narkoba mengubah otak sedemikian rupa sehingga membuat mereka yang pernah mencobanya sulit berhenti. Hal ini disebut dengan kecanduan.

Apa itu kecanduan narkoba?

Kecanduan adalah penyakit kronis yang ditandai dengan pencarian dan penggunaan narkoba yang bersifat kompulsif, atau sulit dikendalikan, meskipun memiliki konsekuensi yang merugikan.

Keputusan awal untuk menggunakan narkoba mungkin bisa dikatakan hanya sekadar ingin mencoba. Namun ketika mereka tidak bisa mengendalikan diri, dan ingin terus mengonsumsinya, maka pengaruhnya pada perubahan otak. Di mana otak menentang pengendalian diri orang yang kecanduan dan mengganggu kemampuan mereka untuk menolak dorongan kuat untuk menggunakan narkoba.

Perubahan otak ini bisa terjadi terus-menerus, itulah sebabnya kecanduan narkoba dianggap sebagai penyakit yang “kambuh”. Orang yang sedang dalam tahap pemulihan dari gangguan penggunaan narkoba mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk kembali menggunakan narkoba bahkan setelah bertahun-tahun tidak menggunakan narkoba.

Seperti halnya kondisi kesehatan kronis lainnya, kecanduan narkoba juga membutuhkan pengobatan berkelanjutan dan disesuaikan berdasarkan respons pasien. Rencana pengobatan perlu sering ditinjau dan dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.

Apa yang terjadi pada otak ketika seseorang memakai narkoba?

foto: freepik.com

Pengaruh narkoba terhadap otak tentu sangat signifikan. Di mana penderitanya tidak bisa merasakan kesenangan selain dari narkoba.

Berikut penjelasan detailnya mengenai apa yang terjadi pada otak ketika seseorang menggunakan narkoba:

1. Memanipulasi Perasaan, Suasana Hati, dan Perilaku

Narkoba memiliki efek pada cara kerja saraf di otak, terutama pada bagian yang disebut ganglia basal. Bagian ini berperan dalam menghasilkan perasaan positif dan efek dari aktivitas menyenangkan seperti makan, bersosialisasi, dan hubungan seksual.

Penggunaan narkoba mengaktifkan fungsi ganglia basal secara berlebihan, menghasilkan euforia obat yang tinggi. Namun, seiring waktu, otak beradaptasi dengan obat, dan kepekaannya berkurang. Akibatnya, pengguna sulit merasakan kesenangan selain dari narkoba.

2. Memacu Kerja Otak Berlebihan

Narkoba bersifat stimulan dan membuat otak bekerja lebih keras. Pengguna mungkin merasa bersemangat, segar, dan percaya diri. Efek buruknya termasuk kesulitan tidur, detak jantung yang lebih cepat, rasa gelisah, dan peningkatan tekanan darah.

3. Memicu Halusinasi

Beberapa narkoba, seperti LSD atau psilocybin, dapat menyebabkan pengguna mengalami halusinasi. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut memengaruhi neurotransmiter dan jalur saraf di otak, mengubah persepsi dan pengalaman sensorik.

4. Kerusakan Saraf

Narkoba merusak saraf di otak, termasuk gangguan saraf sensorik yang menyebabkan rasa kebas dan penglihatan buram hingga kebutaan. Gangguan saraf otonom juga terjadi, menyebabkan gerakan atau tindakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motorik.

Mengapa ada orang yang menjadi kecanduan narkoba dan ada pula yang tidak?

foto: freepik.com

Tidak ada satu faktor pun yang dapat memprediksi apakah seseorang akan menjadi kecanduan narkoba. Kombinasi beberapa faktor memengaruhi risiko kecanduan. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, maka semakin besar kemungkinan penggunaan narkoba dapat menyebabkan kecanduan.

1. Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang dapat menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami kecanduan meliputi:

  • Genetik: Riwayat keluarga dengan kecanduan narkoba dapat meningkatkan risiko seseorang terjerat dalam penggunaan narkoba.
  • Trauma fisik atau psikologis: Pengalaman trauma, baik fisik maupun psikologis, dapat memengaruhi kecenderungan seseorang untuk mencari pelarian melalui narkoba.
  • Gangguan mental: Kondisi seperti depresi dan kecemasan dapat memperburuk risiko kecanduan narkoba.
  • Sifat Impulsif: Orang yang cenderung bertindak tanpa berpikir panjang dan kurang mempertimbangkan konsekuensi dapat lebih mudah terjerumus dalam penggunaan narkoba.

2. Dopamin dan Narkoba

Kecanduan terkait dengan gangguan produksi hormon dopamin – hormon yang memberikan perasaan bahagia dan puas. Ketika seseorang mengalami kecanduan, objek yang membuatnya kecanduan merangsang otak untuk menghasilkan dopamin secara berlebihan. Narkoba memanipulasi kerja hipotalamus, bagian otak yang mengatur emosi dan suasana hati, sehingga penggunanya merasa sangat bahagia, bersemangat, percaya diri, hingga ‘teler’.

Penting untuk memahami bahwa narkoba bukan hanya masalah perilaku, tetapi juga melibatkan perubahan biologis dalam otak. Upaya pencegahan dan rehabilitasi sangat penting untuk mengatasi masalah ini.