Fenomena unik muncul dalam gelombang demonstrasi yang melanda berbagai negara belakangan ini. Di tengah kemarahan publik terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi, simbol bajak laut fiksi dari anime One Piece, yakni bendera Jolly Roger, justru mendominasi pemandangan di tengah kerumunan massa aksi, dari Indonesia hingga Prancis.
Kemunculan simbol ini bukan kebetulan. Bagi banyak anak muda, karakter-karakter dari anime tersebut mencerminkan semangat perlawanan, kebebasan, dan sikap antiotoritarian. Lewat bendera berlambang tengkorak dan topi jerami itu, para demonstran menyuarakan keresahan mereka terhadap korupsi, represi, serta ketimpangan yang terus menganga di negara masing-masing.
Kini, bendera Jolly Roger telah berubah dari sekadar ikon budaya pop menjadi simbol solidaritas global. Di balik kain hitamnya, tersemat pesan perlawanan dan rasa frustasi yang melintasi batas negara.
Awal Mula: Dari Jalanan Indonesia ke Dunia Maya
Aksi pertama bendera One Piece dalam unjuk rasa tercatat terjadi di Indonesia menjelang Hari Kemerdekaan pada Agustus 2025. Ketika masyarakat biasa memasang bendera merah putih, sejumlah warga justru mengibarkan bendera Jolly Roger—ikon bajak laut fiktif yang dipimpin Monkey D. Luffy dalam anime terkenal One Piece. Hal ini menimbulkan kontroversi dan bahkan menuai larangan oleh otoritas lokal.
Situasi menjadi semakin memanas setelah kematian tragis seorang pengemudi ojek online yang tewas terlindas kendaraan taktis milik aparat saat tengah mengantar makanan di tengah kerusuhan. Tragedi ini menyulut solidaritas publik dan memperluas penggunaan simbol Jolly Roger sebagai bentuk perlawanan terhadap kekerasan negara.
Tak butuh waktu lama, citra bendera One Piece viral di media sosial dan menginspirasi gerakan serupa di negara lain. Dunia maya menjadi medium penyebaran simbol, dan budaya pop pun menjelma menjadi bahasa universal bagi generasi muda dalam menyuarakan kritik sosial.
Nepal Meledak: Ketika Nepo Baby dan Sensor Menjadi Pemicu
Tak lama setelah gelombang di Indonesia, Nepal menyusul dengan demonstrasi besar-besaran. Pemicunya adalah pemblokiran platform media sosial oleh pemerintah, yang dianggap sebagai upaya menutup suara publik yang tengah mengkritik gaya hidup mewah anak-anak politisi, dikenal dengan istilah nepo kids.
Di Kathmandu, ribuan pemuda turun ke jalan, bahkan menyerbu gedung parlemen dan rumah-rumah pejabat. Bendera One Piece mulai terlihat di berbagai titik aksi, dikibarkan oleh mereka yang lelah dengan korupsi, kesenjangan sosial, dan minimnya lapangan kerja.
Salah seorang demonstran, Rohan Rai, menyebut bahwa bendera Jolly Roger baginya bukan hanya hiasan, tetapi simbol perjuangan. Ia dan banyak kawannya terinspirasi dari aksi anak muda Indonesia. Aksi yang awalnya dipicu sensor digital akhirnya berkembang menjadi protes antikorupsi yang masif, menewaskan puluhan orang dan membuat presiden serta perdana menteri Nepal mengundurkan diri.
Prancis Terbakar: Krisis Ekonomi dan Lenyapnya Kepercayaan
Sementara itu di Eropa, Prancis dilanda gelombang protes baru yang dimotori oleh gerakan bertajuk “Bloquons Tout” (Blokir Semua). Kebijakan pemotongan anggaran oleh pemerintah memicu kemarahan rakyat yang merasa sektor publik semakin dikebiri. Demonstrasi diikuti lebih dari 200 ribu orang di 700 lokasi berbeda.
Bendera One Piece kembali muncul, kali ini di kota-kota seperti Paris, Marseille, hingga Toulouse. Anak-anak muda membawa simbol Jolly Roger dan bahkan mengenakan topi jerami ala Luffy sebagai penanda bahwa mereka pun bagian dari perlawanan global terhadap sistem yang dianggap tidak adil.
Presiden Macron yang sempat menyukai One Piece pun ikut terseret arus ketidakpuasan publik. Bahkan, perdana menteri sebelumnya dipaksa turun oleh parlemen. Namun, pergantian pucuk pimpinan tidak cukup memadamkan kemarahan yang sudah menyala di kalangan rakyat.
Simbol One Piece Sebagai Bahasa Perlawanan Baru
Mengutip dari bbc.com, sosiolog Okky Madasari menjelaskan jika generasi muda kini menggunakan simbol budaya populer untuk menjembatani kemarahan sosial yang mereka rasakan. One Piece, dengan narasi perlawanan terhadap kekuasaan korup dan tiran, menjadi representasi sempurna bagi suara mereka yang tak terwakili dalam sistem politik konvensional.
Simbol seperti bendera Jolly Roger dipilih bukan karena kesenangan semata, tapi karena makna yang terkandung di dalamnya: kebebasan, kesetiaan pada kebenaran, dan tekad untuk melawan ketidakadilan. Ini adalah bentuk ekspresi yang melampaui sekadar poster atau slogan.
Fenomena ini memperlihatkan pergeseran cara protes anak muda zaman sekarang. Mereka tidak lagi bergantung pada retorika formal politik, melainkan menciptakan narasi sendiri yang lebih relevan dan menyentuh emosi mereka secara langsung.
Kisah One Piece dan Realita Sosial
One Piece, meskipun fiksi, mengangkat tema-tema yang sangat nyata: korupsi, represi pemerintah, kekuatan tirani, dan eksploitasi sumber daya. Arc seperti Wano memperlihatkan bagaimana sebuah negara bisa jatuh miskin dan rusak akibat kolusi antara penguasa dan korporasi.
Narasi ini sangat relate dengan kondisi di berbagai negara seperti Indonesia dan Nepal. Tidak heran jika anak muda menemukan refleksi perjuangan mereka dalam kisah Luffy dan kru bajak lautnya. Kisah fiktif itu memberi harapan dan keberanian, sesuatu yang tidak mereka dapatkan dari institusi resmi negara.
Bendera yang awalnya hanya dimiliki penggemar anime kini menjadi bendera sosial-politik alternatif, yang membawa serta nilai-nilai perjuangan dari generasi baru yang cerdas secara budaya, emosional, dan politis.
Pertanyaan dan Jawaban
Q: Mengapa bendera One Piece digunakan dalam demonstrasi?
A: Karena simbol Jolly Roger dalam One Piece dianggap mewakili semangat kebebasan, perlawanan terhadap penindasan, dan solidaritas antikorupsi yang resonan dengan keresahan anak muda di berbagai negara.
Q: Negara mana saja yang menggunakan bendera One Piece dalam protes?
A: Indonesia, Nepal, dan Prancis menjadi tiga negara utama yang terlihat mengibarkan bendera One Piece dalam aksi demonstrasi besar sepanjang Agustus hingga September 2025.
Q: Apakah ini hanya tren sesaat atau gerakan sosial serius?
A: Menurut sosiolog, ini adalah bentuk perlawanan yang sah dan kreatif, namun harus diiringi dengan langkah konkret agar tak hanya menjadi tren visual tanpa arah politik yang jelas.