Denim Tears rilis aksesoris unik berupa kalung tulang ayam seharga Rp 10 juta, warganet dibuat bingung

foto: Instagram/@denimtears

Nampaknya kini gaya fashion antimainstream mulai dilirik para desainer. Mereka mencari inspirasi baru dan menghasilkan koleksi pakaian dan aksesoris yang unik dan menarik. Seperti halnya dengan merek fesyen yang didirikan oleh Tremaine Emory, yakni Denim Tears yang baru-baru ini memperkenalkan aksesoris keluaran terbarunya yang memiliki model tidak biasa.

Bagaimana tidak, aksesoris berupa kalung tersebut terbuat dari tulang ayam asli, dihiasi dengan liontin perak berukir logo Denim Tears. menariknya lagi ‘Chicken Bone Necklace Series’ yang diluncurkan pada 10 Maret 2024 ini dijual seharga USD 700 atau sekitar Rp 10 juta. WOW!!!

foto: Instagram/@denimtears

Sebenarnya bukan itu saja, Tremaine Emory merilis beberapa item mengejutkan sebagai bagian dari koleksi Denim Tears barunya. Berjudul ‘Kiss My Grits’ Spring/Summer 2024 berisi set pakaian olahraga ‘Baroque Still Fruit Painting’ yang dihiasi gambar ayam goreng dan semangka. Kemudian dilengkapi dengan kalung tulang ayam tersebut.

foto: Instagram/@denimtears

Namun yang paling menyita perhatian adalah kalung tulang ayam ini. Banyak yang mempertanyakan, apa alasan di balik terciptanya kalung nyeleneh tersebut. Denim Tears pun menjelaskan bahwa kalung tersebut memiliki nilai seni dan keterampilan dalam membuatnya. Sehingga harga Rp 10 juta tersebut sepadan dengan produk yang mereka keluarkan.

foto: Instagram/@denimtears

Di balik pemilihan tulang ayam, ternyata bukan tanpa alasan. Menurut keterangannya, tulang ayam memiliki simbolis dalam berbagai budaya, seperti keberuntungan, kekuatan, dan perlindungan.

Namun kamu perlu tahu, bahwa kalung tulang ayam ini juga diminati lho. Hal ini membuktikan bahwa barang fesyen yang unik dan provokatif memiliki konsumen tersendiri. Mungkin sebagian orang menilai ide tak biasa ini terkesan nyeleneh dan rasanya tidak ada orang yang ingin menggunakan aksesoris seperti itu. Faktanya, sebagian orang rela merogoh kocek dalam untuk memiliki barang yang dianggap memiliki nilai artistik dan sosial.