Kisah pilu siswa, rela jahit masker bekas karena tak mampu beli baru

  • by
wataugademocrat.com

Masker kini menjadi salah satu yang sangat penting bagi siapapun. Penggunaan masker sendiri sangat dianjurkan oleh pemerintah hingga WHO demi memutus penyebaran virus corona. Meski kini perlahan sudah mulai membaik, namun tetap setiap orang dianjurkan untuk menggunakan masker demi melindungi diri dari kemungkinan terpapar virus corona atau Covid-19.

Pernahkah kamu membayangkan ada orang sekitar kamu tidak mampu membeli masker dan terpaksa menggunakan masker bekas?. Bahkan miriskan masker tersebut sudah sangat kotor. Ya, ini memang memilukan, namun kisah ini benar-benar ada di dunia nyata.

Kisah pilu ini datang dari Malaysia, seorang siswa terpaksa harus menggunakan masker bekas untuk menutupi bagian hidung dan mulutnya. Bahkan masker yang memang sudah tidak layak pakai itu dijahit ulang bagian talinya agar bisa digunakan kembali.

Seperti yang diketahui, pemerintah Malaysia sejak Sabtu (1/8) kembali mewajibkan masyarakatnya untuk menggunakan masker. Jika mereka melanggar, maka akan dikenai denda sebesar Rp 3,4 juta.

Kisah ini diketahui dari unggahan akun Twitter @fazri_hassan, seorang guru di Sekolah Kebangsaan Gas, Sandakan, Sabah. Pria bernama Fazri Hassan mengaku sangat miris melihat kondisi masker yang digunakan salah satu muridnya. Tak hanya itu saja, masker itu juga terlihat dijahir ulang dibagian talinya.

“Hari ini saya meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan siswa tentang penggunaan masker saat berada di tempat yang ramai. Saya terdiam sesaat ketika saya melihat masker seorang siswa terlihat kotor dan siap untuk menjahit talinya lagi,” ujarnya.

Ketika dirinya sedang mengajar dan menjelaskan kepada muridnya betapa pentingnya menggunakan maskara di tempat umum, ia pun menyadari seorang siswa mengenakan masker yang sudah tidak layak. Melihat hal itu, Fazri mengaku miris dan kasihan karena muridnya itu harus menggunakan masker tersebut berulang kali hingga terlihat sangat kotor.

Saat ditanya, siswa kelas enam itu mengatakan ia selalu menggunakan masker yang sama saat di sekolah. Bahkan masker bekas itu dijahit ulang di bagian talinya yang putus agar bisa terus ia gunakan saat ke sekolah.

Sebagai seorang guru Fazri merasa sangat sedih melihat kondisi seperti ini. Ia menyadari tak semua orang mampu beli masker, bagi mereka yang tidak mampu seperti ini terpaksa mempertaruhkan kesehatannya dengan menggunakan masker bekas berulang kali. Menyadari hal itu, Fazri akhirnya mengganti masker belas dan kotor itu dengan yang baru.

Fazri juga beranggapan hal ini sungguh tidak adil bagi masyarakat miskin. Selain harus memikirkan biaya untuk membeli masker, mereka juga kewalahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

“Memang ada beberapa keluarga yang mungkin tak mampu membeli masker setiap hari. Bagi yang berduit, mungkin tidak masalah. Tapi, ada orang yang sangat kesulitan bahkan hanya membeli masker saja tidak mampu,” jelasnya.

Unggahannya ini diharapkan bisa menjadi perhatian banyak orang. Terutama pada guru-guru di sekolah agar bisa memperhatikan murid mereka dan senantiasa membantunya. Ia harap pada banyak pihak agar menyediakan masker secara gratis untuk mereka yang membutuhkan.

“Oleh karena itu semoga ini menjadi perhatian bersama agar bermurah hati pada isu-isu masker penutup wajah ini. Dalam kesempatan ini saya harap mereka yang memiliki rezeki lebih untuk menyumbangkan masker, handwash & hand sanitizer pada sekolah-sekolah sekitar anda untuk membantu murid-murid yang kesusahan membeli masker,” pungkas Fazri.