Demam berdarah dan malaria adalah dua penyakit tropis yang sering dianggap mirip karena keduanya ditularkan melalui gigitan nyamuk. Namun, meskipun sama-sama disebabkan oleh nyamuk, kedua penyakit ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal penyebab, gejala, dan pengobatan.
Perbedaan pertama dan paling mendasar terletak pada vektor penularannya. Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang dikenal dengan corak putih pada tubuhnya dan kebiasaan bertelur di air bersih yang tergenang. Sementara itu, malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, yang lebih memilih genangan air yang belum terkontaminasi polusi. Kedua nyamuk ini memiliki pola aktivitas dan habitat yang berbeda, yang mempengaruhi strategi pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dalam artikel berikut ini, Keeping Times akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa saja perbedaan demam berdarah dan malaria. Penting untuk mengenali kedua penyakit ini karena penanganannya akan berbeda satu sama lain.
Perbedaan demam berdarah dan malaria
Perbedaan utama antara kedua penyakit ini terletak pada penyebab, vektor penularan (jenis nyamuk), gejala, masa inkubasi, dan pendekatan pencegahan. DBD cenderung memiliki onset yang lebih tiba-tiba dan gejala yang lebih beragam, sedangkan malaria memiliki pola demam yang lebih periodik dan gejala yang lebih berkaitan dengan siklus parasit dalam darah.
freepik.com
Demam berdarah
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala DBD biasanya muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk dan dapat mencakup:
- Demam tinggi mendadak yang bisa mencapai 41 derajat Celsius.
- Sakit kepala parah, terutama di belakang mata.
- Nyeri sendi, otot, dan perut yang intens.
- Kelelahan yang ekstrem.
- Mual dan muntah.
- Ruam kulit dan kecenderungan untuk mudah memar.
- Penurunan jumlah trombosit secara tiba-tiba, yang dapat menyebabkan pendarahan ringan hingga aktif.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pencegahan DBD melibatkan pengendalian nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk, misalnya dengan menggunakan kelambu, repelen, dan menguras tempat penampungan air.
Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Gejala malaria dapat muncul 7-30 hari setelah gigitan nyamuk dan termasuk:
- Demam yang meninggi selama 2-3 hari.
- Sakit kepala yang sangat menyakitkan.
- Nyeri otot dan ketidakmampuan untuk melakukan tugas fisik.
- Menggigil yang parah.
- Berkeringat berat.
- Kelelahan.
- Mual yang terus-menerus.
- Batuk kering yang tidak berhenti.
Pencegahan malaria termasuk penggunaan kelambu berinsektisida, obat antimalaria profilaksis, dan pengendalian nyamuk.
Pengobatan demam berdarah dan malaria
Pengobatan untuk demam berdarah dan malaria memang berbeda karena kedua penyakit ini disebabkan oleh patogen yang berbeda dan memiliki mekanisme penularan yang tidak sama. Berikut adalah perbedaan pengobatan antara demam berdarah dan malaria:
Pengobatan demam berdarah dengue (DBD): Pengobatan DBD terutama bersifat suportif dan bertujuan untuk mengelola gejala serta mencegah komplikasi serius. Tidak ada obat spesifik yang dapat membunuh virus dengue, sehingga penanganannya meliputi:
- Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital dan jumlah trombosit.
- Pengelolaan cairan tubuh, baik melalui asupan oral atau infus intravena, untuk mencegah dehidrasi.
- Pengendalian demam dan nyeri dengan obat antipiretik dan analgesik seperti parasetamol.
- Penghindaran obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti aspirin, yang dapat meningkatkan risiko pendarahan.
- Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk kasus yang parah, terutama jika terjadi syok dengue atau pendarahan berat.
Pengobatan malaria: Pengobatan malaria ditujukan untuk mengeliminasi parasit Plasmodium dari darah pasien. Pilihan obatnya tergantung pada jenis Plasmodium yang menyebabkan infeksi, wilayah geografis (karena resistensi obat), dan kondisi pasien. Pengobatan meliputi:
- Obat antimalaria, seperti klorokuin, artemisinin, dan kombinasi obat lainnya, yang efektif membunuh parasit dalam darah.
- Pengobatan suportif untuk gejala seperti demam, dehidrasi, dan anemia.
- Pengobatan intravena mungkin diperlukan untuk kasus malaria yang parah, terutama jika pasien mengalami komplikasi seperti malaria serebral.
Cara mencegah
Pencegahan demam berdarah dan malaria melibatkan langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk yang menularkan kedua penyakit tersebut. Berikut adalah beberapa cara pencegahan untuk masing-masing penyakit:
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD):
- Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi atau toren, minimal 1 minggu sekali untuk menghilangkan habitat nyamuk Aedes aegypti.
- Menutup rapat tempat penampungan air untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya.
- Mendaur ulang barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, seperti ban bekas.
- Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah dan menggunakan kelambu saat tidur.
- Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, seperti lavender.
- Menggunakan losion antinyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET), terutama jika Anda berada di area berisiko tinggi.
- Vaksinasi dengue untuk pencegahan DBD derajat berat, tersedia untuk anak-anak dan orang dewasa dari usia 6–45 tahun.
Pencegahan Malaria:
- Memahami risiko penyakit malaria dan mengenali gejala-gejalanya.
- Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu berinsektisida, pakaian yang menutupi tubuh, dan losion anti nyamuk.
- Mengurangi adanya genangan air di sekitar tempat tinggal, karena ini adalah tempat berkembang biak bagi nyamuk Anopheles.
- Minum obat antimalaria jika Anda berencana bepergian ke wilayah endemik malaria.
- Memasang kawat/kasa di jendela dan ventilasi rumah untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
Penting untuk diingat bahwa pencegahan adalah langkah terbaik dalam menghadapi kedua penyakit ini.