Pada 9 Agustus 2024, dunia medis di India terkejut dengan kematian Dokter Moumita Debnath, seorang dokter muda yang diperkosa dan dibunuh di sebuah rumah sakit pemerintah di Kolkata. Insiden ini telah memicu kemarahan dan protes besar-besaran di kalangan tenaga medis dan aktivis feminis di India.
Kronologi Insiden
foto: X/@KuldeepRawat730
Dokter Moumita Debnath berusia 31 tahun dan sedang menjalani program pelatihan pasca sarjana di sebuah rumah sakit pemerintah. Pada pukul 02.00 dini hari waktu Kolkata, dia terakhir terlihat menuju ruang seminar untuk beristirahat setelah bekerja. Namun sejak saat itu, teman-temannya tak lagi melihat dokter Moumita dan dilaporkan menghilang.
Setelah dilaporkan hilang, pencarian dilakukan dan Dokter Moumita ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa. Jasadnya ditemukan setengah telanjang dengan luka-luka yang menunjukkan serangan brutal. Otopsi yang dilakukan kemudian mengonfirmasi bahwa korban diperkosa dan dicekik hingga tewas. Luka parah teridentifikasi di wajah, area genital, hingga bagian tubuh lainnya sebelum kematian.
Laporan Otopsi
Laporan otopsi mengungkapkan bahwa ada darah di mata dan wajah, bekas cakaran di banyak bagian tubuh, serta keluar darah dari kemaluannya. Luka lebam juga teridentifikasi di mata, wajah, dan leher korban. Hal ini menunjukkan bahwa Dokter Moumita sempat melawan pelaku sebelum akhirnya tewas.
Reaksi Masyarakat dan Komunitas Medis
foto: X/@KuldeepRawat730
Insiden tragis ini memicu kemarahan nasional, terutama di kalangan tenaga medis dan aktivis feminis. Ribuan dokter dan aktivis feminis menggelar aksi protes di berbagai kota, termasuk Kolkata, Delhi, dan Patna. Protes ini dilakukan untuk menuntut keadilan bagi korban dan perlindungan yang lebih baik bagi para dokter dan perempuan di India.
Kasus ini membuat ratusan ribu nakes di India melakukan pemogokan nasional sebagai respons terhadap pemerkosaan dan pembunuhan Dokter Moumita. Aksi ini dilakukan dengan memutus prosedur medis dan konsultasi pasien tertentu. Para dokter dan tenaga medis menuntut keadilan bagi korban serta keamanan yang lebih baik bagi tenaga medis di tempat kerja.
Tanggapan Pemerintah
Pemerintah India juga turut menegaskan bahwa ‘perilaku mengerikan terhadap wanita harus dihukum berat dan segera’. Mereka meminta agar para dokter kembali bertugas demi kepentingan publik. Pemerintah juga berkomitmen membentuk komite untuk menyusun langkah-langkah dalam meningkatkan perlindungan bagi profesional kesehatan.
Sementara itu, polisi berhasil menangkap seorang pria yang diduga terkait dengan pemerkosaan dan pembunuhan Dokter Moumita. Pria itu merupakan pekerja sukarela di rumah sakit tempat pemerkosaan dan pembunuhan terjadi. Kasus ini lantas dilimpahkan dari kepolisian lokal ke Biro Investigasi Pusat (CBI) India untuk mempercepat proses.
Kematian dokter Moumita tentunya tidak hanya menyulut kemarahan masyarakat India, namun sejumlah negara termasuk Indonesia juga dibuat geram dengan perlakuan tak manusiawi tersebut. Banyak pula yang mempertanyakan, bagaimana bisa hal itu terjadi di rumah sakit yang seharusnya dinilai aman.
Dari kasus pemerkosaan dan pembunuhan dokter Moumita, publik pun dibuat semakin takut dengan India. Tingkat keamanan untuk perempuan dinilai cukup minim. Merujuk dari apa yang dikhawatirkan ini, Keeping Times menemukan fakta bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan di India memang cukup tinggi. Tentunya ini merupakan fakta yang diperoleh dari data relevan.
Berikut ulasan lengkapnya:
Menurut National Crime Records Bureau (NCRB), kasus kekerasan terhadap perempuan di India terus meningkat. Pada 2014, tercatat 339.457 kasus kekerasan, kemudian pada 2015 tercatat 329.243 kasus, dan pada 2016 tercatat 339.956 kasus.
Pemerkosaan merupakan salah satu jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling sering dilaporkan. Pada 2016, insiden pemerkosaan menyumbang 11.5% dari total kasus kekerasan terhadap perempuan di India. Tabel III. B. 3 dari NCRB menunjukkan bahwa pemerkosaan terjadi dengan frekuensi tinggi di negara bagian Madhya Pradesh, Uttar Pradesh, dan Maharashtra.
Rata-rata hampir 90 pemerkosaan sehari dilaporkan di India pada 2022, menurut data dari Biro Catatan Kejahatan Nasional India (NCRB).
Penyebab Kekerasan
Tradisi Dowry
Tradisi Dowry, juga dikenal sebagai “Mahar” dalam bahasa Hindi, adalah sebuah praktik pernikahan yang umum di India, terutama di kalangan masyarakat kasta atas. Dowry melibatkan pemberian hadiah atau warisan oleh keluarga pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki sebelum atau setelah pernikahan.
Tradisi dowry seringkali menjadi penyebab tingginya angka kekerasan dan diskriminasi perempuan di India. Permintaan dowry yang tidak kunjung terpenuhi dapat mendorong terjadinya kasus kekerasan yang dilakukan oleh pihak pengantin laki-laki terhadap pengantin perempuan.
Kemiskinan dan Budaya
Tingginya tingkat kemiskinan dan budaya patriarki juga memainkan peran penting dalam meningkatkan kekerasan terhadap perempuan. Hal ini dapat dilihat dalam peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan di berbagai negara bagian di India.
Korban dan Penyebab Utama
Hampir satu dari tiga korban pemerkosaan di India berusia di bawah 18 tahun. Kasus pemerkosaan terhadap wisatawan perempuan asal Jepang pada 2012 menunjukkan bahwa kejahatan seksual terhadap perempuan bukan hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga terhadap turis.
Belum lagi kasus Fernanda dan Vicente, pasangan turis asing dari Brazil dan Spanyol, mengalami kejadian tragis di India ketika mereka sedang melakukan perjalanan. Pada malam 9 Maret 2024, mereka diperlakukan semena-mena oleh sekelompok pria di distrik Dumka, Jharkhand, India. Fernanda, berusia 28 tahun, diperkosa oleh tujuh pria sementara Vicente, berusia 63 tahun, dipukuli secara brutal dan diancam dengan pisau. Mereka berhasil melarikan diri dan mencari bantuan polisi, yang kemudian menangkap tiga pria dan masih mencari empat pria lainnya yang diduga terlibat dalam insiden tersebut. Insiden ini telah memicu kemarahan nasional dan menyoroti masalah kekerasan seksual yang masih serius di India, sebuah negara yang dikenal memiliki tingkat kekerasan seksual yang tinggi, dengan sekitar 90 kasus pemerkosaan per hari pada 2022.
Korban kekerasan tentu tidak datang dari turis, namun juga dirasakan oleh masyarakat lokal, seperti hal tragis yang menimpa dokter Moumita. Mayoritas kasus kekerasan terhadap perempuan di India dilaporkan atas kekerasan yang dilakukan oleh suami dan kerabat. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan seringkali terjadi dalam konteks keluarga dan hubungan pribadi.
Kegagalan dalam Melindungi Perempuan
Tingkat impunitas yang dimiliki para pelanggar dan menyerahnya instrumen peradilan kepada para penguasa politik membuat pemerkosaan menjadi hal yang sulit untuk diperangi. Banyak kasus kekerasan seksual yang tidak dilaporkan karena takut akan pembalasan, stigma pada korban, dan kurangnya kepercayaan terhadap penyelidikan polisi.
Adakah kawasan di India yang aman?
India umumnya memang dikenal sebagai salah satu negara yang paling berbahaya bagi perempuan, dengan tingkat kekerasan seksual yang sangat tinggi. Meskipun demikian, tidak semua kawasan di India memiliki tingkat keamanan yang sama. Berikut adalah beberapa kawasan yang dinilai lebih aman dan sejahtera dari kasus kriminal dan pemerkosaan:
Kerala
Kerala sering dianggap sebagai salah satu negara bagian yang paling aman bagi perempuan di India. Negara ini memiliki tingkat kekerasan seksual yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di India.
Tamil Nadu
Tamil Nadu juga dianggap sebagai salah satu negara bagian yang relatif aman. Negara ini memiliki struktur sosial yang lebih maju dan adanya program-program yang mendukung hak-hak perempuan.
Punjab
Punjab, meskipun memiliki beberapa kasus kekerasan seksual, umumnya dianggap lebih aman dibandingkan dengan negara-negara bagian lain di India. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang lebih ketat terhadap kejahatan.