Mitos kayu cendana yang beredar di masyarakat, dinilai punya khasiat mistis

foto: freepik.com

Kayu cendana adalah sejenis pohon yang terkenal karena aromanya yang khas. Kayu cendana juga termasuk dalam kayu keras dan memiliki kepadatan tinggi. Hal ini membuatnya sangat tahan terhadap serangan serangga dan kelembaban.

Warna kayu cendana pun cukup bervariasi mulai dari coklat muda hingga merah tua. Teksturnya halus dan seringkali memiliki pola yang unik. Kayu cendana banyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Spesies yang paling terkenal adalah Santalum album, yang sering disebut sebagai “sandalwood” dalam bahasa Inggris.

Karena pertumbuhannya yang lambat dan ketersediaannya yang terbatas, kayu cendana termasuk dalam jenis kayu yang langka dan memiliki harga yang tinggi. Pengolahan kayu cendana memerlukan proses yang rumit dan memakan waktu. Meski demikian, permintaan akan kayu cendana tetap tinggi karena kegunaannya yang beragam.

Selain itu, kayu cendana ternyata juga disertai dengan berbagai mitos yang beredar di masyarakat lho. Mitos tentang kayu cendana muncul karena beberapa alasan, termasuk karena kebudayaan, aspek sejarah, serta kepercayaan tertentu.

Mitos tentang kayu cendana juga konon berasal dari cerita rakyat yang sebagian besar berisi tentang manfaat kayu cendana yang dianggap sebagai kekuatan besar di zaman tersebut. Alhasil munculah berbagai mitos-mitos lain soal kayu cendana.

Sebagai tambahan informasi, berikut mitos kayu cendana yang dihimpun Keeping Times dari berbagai sumber pada Minggu (18/2).

Mitos kayu cendana

foto: freepik.com

1. Khasiat mistis

Kayu cendana sering dianggap memiliki khasiat mistis dan diyakini dapat membawa keberuntungan, perlindungan, dan keselamatan bagi pemiliknya. Beberapa juga percaya bahwa kayu cendana memiliki energi positif yang dapat membantu melindungi dari energi negatif atau bahaya. Karena itu dalam beberapa tradisi, kayu cendana digunakan untuk membuat perhiasan atau benda-benda mistis. Beberapa diantara benda-benda mistis yang dibuat dari kayu cendana antara lain, japa mala (gelang mantra), tongkat, wadah ritual, dan patung dewa.

2. Pengobatan

Kayu cendana dikatakan memiliki sifat penyembuhan dan digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit fisik dan mental. Kayu cendana dipercaya bisa mengobati masalah pencernaan seperti kembung, sakit perut, dan diare. Aroma kayu cendana juga sering disebut-sebut ampuh mengatasi stres, membantu mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan aliran darah.

3. Pelindung dari makhluk halus

Kayu cendana dipercaya memiliki kekuatan untuk melindungi pemiliknya dari gangguan makhluk halus atau roh jahat. Beberapa orang menggunakan kayu cendana sebagai benda bertuah untuk tujuan tersebut.

4. Persembahan dalam upacara dan ritual

Kayu cendana sering digunakan dalam upacara keagamaan, pernikahan, dan ritual spiritual untuk memberikan keberuntungan, kesucian, dan perlindungan. Pada beberapa kepercayaan, kayu cendana sering digunakan sebagai persembahan untuk dewa karena dianggap sebagai bahan yang suci dan memiliki nilai spiritual yang tinggi. Kayu cendana juga digunakan untuk membuat perlengkapan ritual seperti alat penyembah api, atau perhiasan yang digunakan dalam praktik spiritual tertentu.

Mitos kayu cendana di berbagai negara

foto: freepik.com

1. Indonesia

Di Indonesia, kayu cendana sering dianggap sebagai benda bertuah yang memiliki khasiat mistis. Dipercaya dapat membawa keberuntungan, perlindungan, dan kesejahteraan bagi pemiliknya. Kayu cendana juga digunakan dalam pengobatan tradisional dan dalam berbagai ritual keagamaan.

2. India

Di India, kayu cendana dikenal dengan nama “Chandan” dan memiliki makna serta kegunaan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mitos dan kepercayaan. Dalam mitologi Hindu, kayu cendana dikaitkan dengan beberapa dewa dan dewi, seperti Dewa Shiva dan Dewi Lakshmi. Penggunaannya dalam pemujaan dewa-dewa ini diyakini dapat membawa berkah dan kesuksesan.

Selain itu, kayu cendana juga dikaitkan dengan konsep reinkarnasi atau kehidupan setelah mati. Penggunaan kayu cendana dalam ritual pemakaman atau upacara peringatan dianggap sebagai cara untuk memuliakan arwah orang yang telah meninggal dan membantu mereka dalam perjalanan kehidupan berikutnya.

3. Tiongkok

Di Tiongkok, kayu cendana dikenal dengan nama “Chen Xiang”. Dalam beberapa kepercayaan di Tiongkok, membakar kayu cendana atau menggunakan minyak wangi dari kayu cendana dianggap sebagai cara untuk mengusir roh jahat dan menjaga keselamatan. Kayu cendana juga dikaitkan dengan beberapa dewa dan dewi, seperti Dewa Kekayaan dan Dewi Kebijaksanaan.

4. Jepang

Di Jepang, kayu cendana dikenal dengan nama “Jin-Koh” atau “Agarwood”. Kayu cendana kerap digunakan sebagai bahan pembuatan seni ukir, benda-benda seni, dan alat musik tradisional seperti shamisen. Dengan menggunakan kayu cendana, alat seni dan budaya tersebut dianggap memiliki nilai estetika, spiritual, serta melambangkan kebijaksanaan, kekuatan, dan kemakmuran.

5. Tibet

Kayu cendana, atau yang dikenal sebagai “Tsi-dre” dalam bahasa Tibet, memiliki banyak kegunaan dalam praktik spiritual. Dalam kepercayaan Tibet, kayu cendana dikaitkan dengan beberapa dewa dan Buddha, seperti Dewa Tara dan Buddha Amitabha. Penggunaannya dalam praktik spiritual dan ritual dianggap sebagai cara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta dan meningkatkan kekuatan.

6. Sri Langka

Di Sri Lanka, terdapat kisah terkenal tentang kayu cendana yang digunakan oleh Raja Ravana untuk merawat ibunya, Ratnavali, yang sakit parah. Dalam cerita tersebut, Raja Ravana melakukan perjalanan jauh ke hutan untuk mencari kayu cendana. Setelah menemukan pohon tersebut, Raja Ravana meminta izin kepada untuk memotongnya.

Raja Ravana diizinkan mengambil kayu cendana, tetapi tidak boleh merusak pohonnya. Setelah mendapatkan kayu cendana, Raja Ravana membuat ramuan obat untuk ibunya. Dengan keajaiban kayu cendana, Ratnavali sembuh dari penyakitnya dan kembali sehat seperti semula. Keberhasilan Raja Ravana dalam menyembuhkan ibunya dengan kayu cendana membuatnya menjadi pahlawan.

Penulis: Jauda