Kepala bayi peyang adalah kondisi di mana kepala bayi menjadi rata atau tidak simetris di salah satu sisi. Tentunya kondisi ini membuat khawatir sejumlah orang tua. Mereka mengharapkan anaknya tumbuh dengan kondisi normal dan tidak mengalami kekurangan apapun.
Dari rasa khawatir ini kemudian timbullah pernyataan-pernyataan atau anjuran yang sebenarnya belum bisa dipastikan kebenarannya. Hal ini disebut dengan mitos.
Perlu kamu ketahui, kepala bayi peyang disebabkan beberapa faktor, diantaranya:
foto: freepik.com
- Tidur telentang terlalu lama
Kondisi ini bisa membuat tekanan pada bagian belakang kepala bayi dan mengubah bentuknya - Masalah di rahim.
Bisa terjadi karena kurangnya cairan ketuban, posisi bayi yang tidak ideal, atau proses persalinan yang sulit. - Ketegangan otot leher.
Ini bisa membuat bayi sulit memutar kepala dan cenderung menjaga posisi kepala yang sama saat berbaring. - Lahir prematur
Kondisi ini bisa membuat tulang tengkorak bayi lebih lunak dan rentan berubah bentuk.
Kelainan tulang tengkorak. Ini bisa terjadi karena penyatuan lempeng tulang tengkorak yang terlalu cepat atau craniosynostosis.
Kepala bayi peyang biasanya tidak berbahaya dan tidak memengaruhi perkembangan otak bayi. Namun, jika dibiarkan, bisa membuat bentuk wajah bayi menjadi tidak simetris. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan dan perawatan yang tepat, seperti mengubah posisi tidur bayi secara berkala, menggendong dengan berbagai posisi, atau menggunakan helm khusus jika diperlukan. Kamu juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik.
Namun sayangnya, beberapa masyarakat Indonesia mungkin bahkan dunia masih percaya akan beberapa mitos mengenai kepala bayi peyang. Berikut beberapa mitos yang kepala bayi peyang yang perlu kamu ketahui, seperti dilansir Keeping Times dari berbagai sumber, Selasa (6/2).
foto: freepik.com
1. Kepala bayi peyang tidak bisa kembali seperti semula
Pernyataan ini adalah mitos yang paling umum dan menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Padahal, kepala bayi peyang bisa kembali normal dengan perawatan yang tepat, seperti memosisikan kepala bayi secara bergantian, memberikan waktu bermain tengkurap, dan menggunakan helm khusus jika diperlukan.
2. Kepala bayi harus dipijat untuk mengurangi risiko peyang
Ini adalah mitos yang berbahaya karena bisa menyebabkan cedera pada kepala bayi yang masih lunak dan belum tertutup sempurna. Selama enam minggu pertama, jangan berikan tekanan apa pun pada kepala bayi, terutama di bagian ubun-ubun. Kamu pun harus memperlakukan bayi dengan sangat lembut, jika ingin memijatnya, harus dilakukan secara hati-hati.
3. Kepala bayi peyang berpengaruh pada kecerdasan bayi
Pernyataan ini tidak berdasar, karena kepala peyang tidak ada hubungannya dengan perkembangan otak bayi. Kepala peyang hanya memengaruhi bentuk fisik kepala, bukan fungsi otak. Bayi dengan kepala peyang bisa tumbuh normal dan cerdas seperti bayi lainnya.
4. Kepala bayi peyang disebabkan oleh kesalahan orang tua
jelas ini adalah mitor yang menyalahkan dan membuat orang tua merasa bersalah. Padahal, kepala peyang bisa terjadi karena faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan, seperti posisi bayi di dalam rahim, ukuran kepala bayi, atau proses persalinan yang sulit. Orang tua tidak perlu merasa bersalah, tetapi perlu melakukan tindakan pencegahan dan perawatan yang tepat.
5. Kepala bayi peyang bisa dicegah dengan menggunakan bantal khusus
Ini adalah mitos yang salah dan berisiko. Menggunakan bantal untuk bayi baru lahir bisa meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) atau sindrom mati mendadak pada bayi. Bantal bisa menutupi hidung dan mulut bayi, mengganggu pernapasan, atau membuat bayi terlalu panas. Bayi baru lahir sebaiknya tidak menggunakan bantal sama sekali.
Jika kamu adalah orang tua yang saat ini sedang risau dengan kondisi si bayi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kepala peyang pada bayi. Berikut ulasannya.
foto: freepik.com
- Mengubah posisi tidur bayi secara berkala, agar tekanan pada kepala bayi tidak selalu di sisi yang sama.
- Menggendong bayi dengan berbagai posisi, seperti di depan dada, di bahu, atau di pinggang. Ini bisa membantu mengurangi tekanan pada kepala bayi dan melatih otot lehernya.
- Mengubah posisi tempat tidur bayi, agar bayi bisa melihat pemandangan yang berbeda dan tertarik untuk memutar kepalanya.
- Memakaikan bayi ikat kepala atau helm khusus (cranial helmet) yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada salah satu sisi kepala dan mengurangi tekanan di sisi lain. Helm ini biasanya diresepkan oleh dokter jika kondisi kepala peyang sudah parah atau tidak membaik setelah usia 6 bulan.
- Melakukan terapi fisik untuk mengatasi otot leher yang tegang atau tortikolis. Terapi ini bisa meliputi peregangan, pijat, dan latihan gerak leher. Namun jangan pernah melakukannya sendiri atau meminta bantuan orang yang tidak profesional. Lebih baik berkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis untuk mendapatkan saran yang sesuai.
Penulis: Nera